INILAHCOM, Jakarta - Jumlah penduduk DKI Jakarta adalah yang terpadat di Indonesia. Masalah sosial di DKI tentu lebih kompleks dibanding daerah lain karenanya peran pekerja sosial (social worker) sangat dinanti untuk berkontribusi membantu menyelesaikan masalah sosial tersebut.
Untuk membahas persoalan tersebut Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) DPD DKI Jakarta menyelenggarakan seminar bertajuk "Merajut Karya Profesi Pekerja Sosial Bagi Kesejahteraan DKI Jakarta". Seminar ini dihadiri oleh dua ratus peserta terdiri dari para praktisi dan profesional pekerja sosial, kalangan pendidikan pekerja sosial, pengurus dan anggota IPSPI DKI serta pegawai dinas sosial.
Seminar menghadirkan nara sumber dari kalangan akademisi, praktisi dan pemerintah. Pembicara dari akademisi adalah Dr. Napsiyah Ariefuzzaman, dosen Prodi Kesejahteraan Sosial UIN Jakarta. Pembicara dari pemerintah adalah Dr. Mariana dari dinas sosial DKI Jakarta dan dari praktisi dihadirkan Nurul Eka Hermawan.
Seminar menyimpulkan pentingnya tindak lanjut legislasi pekerja sosial, agar bisa diundangkan. Saat ini sedang diusulkan RUU Pekerjaan Sosial di parlemen dan diharapkan berjalan lancar agar selaras sengan UU yang sudah ada seperti UU sertifikasi profesi sudah dijalankan
Hal lain yang mencuat adalah pentingnya penguatan kapasitas organisasi. Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) DPD DKI Jakarta diharapkan menjadi wadah bagi para pekerja sosial untuk mengawal pembangunan sosial di DKI. IPSPI juga diharapkan mampu menjadi organisasi yang andal dan profesional, bisa menangkap peluang kerjasama dengan lembaga layanan sosial, layanan kesehatan dan perguruan tinggi.
Selain itu juga dibahas mengenai pentingnya peran para pekerja sosial diharapkan dalam berbagai pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan; mendorong revisi perda mengenai penyandang disabilitas; mendorong terwujudnya perda lansia.
Napsiyah Ariefuzzaman menekankan tentang pentingnya praktisi dan profesional pekerja sosial untuk menguasai tiga aspek utama pilar profesi yakni pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan nilai (value).
"Dulu banyak mahasiswa pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial mengalami kegalauan identitas, tidak percaya diri menjadi social worker atau pekerja sosial. Namun saat ini kondisinya sudah berbeda jauh. Kini mereka bangga dan berbondong menjadi pekerja sosial. Bahkan sebuah lembaga layanan kesehatan dan lembaga layanan sosial tidak bisa mendapat poin bagus saat akreditasi lembaganya jika tidak ada profesi pekerja sosial di dalamnya," ujarnya, Sabtu (28/7/2017)
Napsiyah yang meraih gelar master of social work di Mc. Gill University, Montreal, Kanada itu menganjurkan adanya sinergi antara dinas sosial, asosiasi profesi seperti IPSPI dengan perguruan tinggi serta masyarakat. "Hal itu perlu dilakukan untuk membekali pekerja sosial agar kompeten dan memiliki kecakapan teknis sehingga mampu mendukung program pemerintah, dalam hal pembangunan sosial dan penyelesaian masalah sosial," pungkasnya. [rok]
Baca Kelanjutan Pekerja Sosial Harus Kuasai Pengetahuan : http://ini.la/2394396Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pekerja Sosial Harus Kuasai Pengetahuan"
Posting Komentar