INILAHCOM, Jakarta - Dua bulan lebih Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi pucuk pimpinan Ibukota Jakarta. Di rentang waktu menuju 100 hari pertama ini nyaris tidak ada kegaduhan yang muncul dari Balaikota. Kegaduhan justru muncul dari lini masa yang nyinyir atas sepak terjang Anies-Sandi.
Sepi tapi pasti, demikian gambaran pemerintahan daerah DKI Jakarta di bawah komando Anies-Sandi ini. Sejumlah pekerjaan yang membetot perhatian publik tak lain dilakukan Jumat (22/12/2017) ini dengan menata kawasan Tanah Abang untuk jangka pendek. Penataan yang out of the box alias di luar pakem yang pernah dilakukan tiga pendahulunya yakni Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama hingga Djarot Saiful Hidayat.
Penataan kawasan Tanah Abang yang dikeluarkan pemerintahan Anies-Sandi, meski dalam tahap uji coba, secara filosofis berkeinginan untuk memberi pesan penghormatan terhadap semua pihak baik pejalan kaki, pedagang, termasuk profesi lainnya seperti ojek baik yang online maupun offline.
Sejumlah catatan atas pelaksanaan penataan jangka pendek ini juga patut menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah seperti jarak yang ditempuh pengguna angkutan umum yang tidak lagi dekat, perubahan rute yang tidak tersosialisasi dengan baik kepada para pengemudi serta akses tenda yang disediakan pemerintah provinsi kepada pedagang kaki lima. Imbasnya, usai acara seremoni yang dihadiri Gubernur, pekerja informal kembali memadati jalanan di depan pintu masuk stasiun
Selain penataan kawasan Tanah Abang, sejumlah janji kampanye saat Pilkada lalu satu persatu mulai ditunaikan. Seperti Kartu Lansia Jakarta yang diluncurkan Kamis (21/12/2017) kemarin dengan memberikan bantuan kepada warga lansia sebesar Rp600 ribu setiap bulannya.
Selain itu, tepat pada Jumat (22/12/2017) ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga meluncurkan uji coba OK Otrip (One Kartu One Trip), program moda transportasi yang terintegrasi dengan hanya membayar Rp3.500 untuk berbagai moda transprotasi yang terintegrasi selama masa uji coba 15 Januari 2018 - 15 April 2018.
Soal banjir, Anies juga menampilkan kehadirannya khususnya yang menimpa warga di Jati Padang. Anies tak kurang lima kali turun langsung dalam penanganan banjir di Jati Padang termasuk membangun tanggul di kawasan tersebut. Atas komitmen Anies tersebut, warga Jati Padang menamakan tanggul tersbeut dengan sebutan "Tanggul Baswedan".
Kendati demikian, tanggul tersebut merupakan langkah jangka pendek. Rencana jangka panjang di antaranya dengan melakukan normalisasi kali yang kenyataannya mengalami penyempitan. Warga di daerah tersebut mengaku mendukung program normalisasi kali di wilayah tersebut dengan meminta ganti untung.
Sebelumnya, Anies juga merayu seorang warga di kawasan Blok A Fatmawati yang rukonya dilintasi MRT. Ruko yang sebelumnya enggan digusur tersebut, akhirnya rela digusur untuk kepentingan pembangunan MRT di kawasan tersebut. Anies menggunakan pendekatan dialog secara langsung dengan warga.
Ramai-ramai soal APBD DKI Jakarta yang sempat membetot perhatian publik juga menjadi catatan pemerintahan ini. Sejumlah item alokasi anggaran sempat diributkan publik mulai soal kolam DPRD DKI Jakarta, alokasi bantuan untuk guru PAUD, hingga alokasi bantuan keuangan untuk partai politik.
Anies-Sandi juga merobohkan mitosologi Alexis yang disebut tak bisa disentuh. Nyatanya dengan tidak memperpanjang izin pelaksanaan pijat spa, tempat yang banyak menjadi gunjingan warga Ibukota itu kini tinggal sejarah.
Terhadap semua yang sudah dijalankan itu, pemerintahan Anies-Sandi harus dikontrol publik. Kontrol publik bagian dari upaya partisipasi masyarakat dalam pembangunan DKI Jakarta. Dua bulan pemerintahan Anies-Sandi ini sepi tapi pasti dan nyaris tak ada kegaduhan dari Balaikota. Tak gaduh bukan berarti tak kerja. Sebaliknya, gaduh juga bukan berarti tanda bekerja.
Baca Kelanjutan Sepi Tapi Pasti, Dua Bulan Balaikota Tanpa Gaduh : http://ift.tt/2kXrJltBagikan Berita Ini
0 Response to "Sepi Tapi Pasti, Dua Bulan Balaikota Tanpa Gaduh"
Posting Komentar