Jakarta, CNBC Indonesia - Kilau emas dunia sudah meredup saat ini. Padahal di awal tahun emas dunia menjadi aset yang paling dicari karena harganya yang melambung. Apa yang terjadi?
Emas mengawali 2022 dengan fantastis, harganya melambung 14% hanya dalam waktu tiga bulan dan mencapai puncaknya di US$ 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret 2022.
Namun, setelah mencapai puncak tertinggi itu harga emas terus turun tanpa mampu menyentuh puncak tersebut lagi.
Saat ini (26/9/2022) pukul 13.25 WIB harga emas dunia tercatat US$ 1.639,09 per troy os, telah turun 20,14% secara point-to-point (ptp) dari puncak tertingginya.
Saat mencapai harga tertingginya, emas didukung oleh eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang membuat kekhawatiran investor akan ketidakstabilan ekonomi dunia.
Akibat serangan bersenjata ke Ukraina, Rusia 'ditendang' dari sistem keuangan dunia. Hal ini membuat perdagangan komoditas sebagai andalan Rusia terhambat. Termasuk minyak mentah, gas, dan batu bara yang merupakan sumber energi. Begitu pun pangan seperti gandum.
Hasilnya inflasi negara-negara di dunia mulai merangkak naik akibat hilangnya pasokan energi Rusia. Pasalnya Rusia adalah pemasok utama komoditas energi dunia dan pangan.
Ketika inflasi mulai meningkat, emas dilirik investor sebagai lindung nilai (safe haven). Sehingga permintaan emas dunia pun meningkat, harganya pun mengikuti.
Melihat inflasi dunia yang terus merangkak naik bank sentral di berbagai dunia pun tidak tinggal diam. Untuk melawan inflasi, bank sentral mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunganya dengan agresif.
Seperti bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang telah memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 3-3,25%, serta menegaskan sikap agresifnya dari 0,25% di awal tahun ini.
Suku bunga yang naik membuat biaya peluang memegang emas meningkat karena tidak menghasilkan imbal hasil. Permintaan turun, harga mengikuti.
Sejalan dengan suku bunga yang naik, dolar Amerika Serikat pun turut menguat membuat emas yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih mahal. Indeks dolar (yang mengukur greenback dengan enam mata uang lainnya) mencapai level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Foto: Refinitiv
Emas vs Dolar AS |
Ke depan, survei mingguan yang dilakukan Kitco menunjukkan dari 19 analis di Wall Street, sebanyak 10 orang memprediksi emas akan kembali turun sedangkan 6 analis memperkirakan kenaikan dan sisanya netral.
Sementara Fitch Solutions memperkirakan emas masih akan bergerak ke arah sideways hingga akhir tahun ini.
Senada, analis dari Saxo Bank Ole Hansen mengingatkan jika harga emas masih sangat rawan pelemahan karena market masih memperkirakan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS tetap menguat.
"Emas dan logam mulia lain akan terus tertekan sampai market melihat dolar AS dan yield sudah melewati puncaknya," ujar Hansen.
Meskipun dalam jangka pendek emas diprediksi akan turun, ini bisa menjadi kesempatan untuk berinvestasi emas. Tentunya dengan jangka waktu panjang.
Misalnya saja jika membeli emas Antam lima tahun lalu di Rp 637.166 per gram, investor bisa cuan dengan menjualnya saat ini dengan harga buyback Rp 796.000 per gram saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya
Kilaunya Makin Meredup, Harga Emas Turun Lagi
(ras/vap)
"harga" - Google Berita
September 26, 2022 at 03:55PM
https://ift.tt/1KWzwgM
Ini Penyebab Harga Emas Ambruk, Masih Cocok Buat Investasi? - CNBC Indonesia
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/VBpCxcg
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Penyebab Harga Emas Ambruk, Masih Cocok Buat Investasi? - CNBC Indonesia"
Posting Komentar