Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini harga pangan di seluruh dunia telah menurun untuk bulan ketiga berturut-turut, meski harga masih tergolong tinggi sejak mencapai rekor pada Maret. Hal itu terungkap dari data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB.
Indeks harga pangan FAO turun 2,3% pada bulan Juni dibandingkan dengan bulan lalu. Ini dipimpin oleh penurunan harga internasional minyak nabati, sereal, dan gula, tetapi masih 23,1% lebih tinggi dari tahun lalu.
Indeks FAO pada Juni berada di 154,2 poin, hanya sedikit di bawah angka 159,7 poin pada Maret, setelah serangan Rusia ke Ukraina.
Namun kepala ekonom bank Jepang Nomura untuk India dan Asia (ex-Jepang) Sonal Varma mengatakan wilayah Asia belum mengalami puncak harga pangan, yang kemungkinan akan terjadi selama kuartal ketiga atau Juli hingga September.
Varma mengatakan perubahan harga pangan di Asia cenderung tertinggal dari pergerakan global karena pemerintah menerapkan subsidi dan kontrol harga untuk mengurangi harga sementara.
Menurut Nomura, negara-negara seperti Singapura, Korea Selatan, Filipina, dan India kemungkinan akan mengalami kenaikan harga pangan tertinggi pada semester kedua tahun ini.
Dalam sebuah catatan yang diterbitkan pada bulan Juni, Varma dan timnya mengatakan impor pangan bersih menyumbang lebih dari 2% dari produk domestik bruto Filipina, tertinggi kedua di Asia (di luar Jepang) setelah Hong Kong. Makanan juga menguasai pangsa yang tinggi, hampir 35%, indeks harga konsumen negara itu.
Korea Selatan dan Singapura juga berisiko karena mereka sangat bergantung pada impor pangan. Sementara India swasembada gandum dan beras, tetapi gelombang panas yang sedang berlangsung sehingga menunda musim hujan, serta kenaikan harga makanan lain seperti daging dan telur kemungkinan akan mendorong naiknya harga naik.
Alih-alih memberlakukan larangan ekspor, yang mendistorsi harga pangan, Varma mengatakan pemerintah harus menggunakan "bentuk dukungan fiskal yang ditargetkan" untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah pada saat ini.
"Rumah tangga berpenghasilan rendah biasanya menghabiskan sebagian besar konsumsi mereka untuk makanan, jadi lebih penting untuk melindungi mereka," katanya, melansir CNBC International, Selasa (12/7/2022).
Menurut indeks harga pangan FAO, harga sereal turun 4,1% pada bulan Juni dibandingkan dengan Mei, tetapi masih 27,6% lebih tinggi dari tahun lalu.
Harga gandum turun 5,7% pada Juni, tetapi masih lebih tinggi sebesar 48,5% dibandingkan tahun lalu sebagai akibat dari perang Rusia-Ukraina, di mana kedua negara tersebut menyumbang 28,47% dari ekspor gandum global pada tahun 2020.
Harga minyak nabati turun paling besar, sebesar 7,6% dari bulan sebelumnya. Harga minyak sawit turun karena pasokan global meningkat, sementara permintaan yang lebih rendah untuk minyak bunga matahari dan kedelai juga menurunkan harga. Harga gula turun 2,6% month-to-month karena pasokan meningkat dan permintaan menyusut.
Sementara harga daging mencapai rekor tertinggi pada Juni, naik 1,7% dari Mei dan 12,7% dari tahun lalu, karena pasokan terus dibatasi oleh perang. Wabah flu burung di belahan bumi utara juga berdampak pada harga daging.
Produk susu 4,1% lebih mahal dari Mei, dan 24,9% lebih mahal dari Juni tahun lalu. Harga keju naik paling tinggi, didorong oleh penimbunan dan gelombang panas di Eropa, kata FAO.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Jokowi Wanti-wanti Kelangkaan Pangan Hingga Inflasi Meroket
(tfa/luc)
"harga" - Google Berita
July 12, 2022 at 01:35PM
https://ift.tt/YNySdm9
Duh! Harga Pangan Global Mulai Turun, tapi Tidak di Asia - CNBC Indonesia
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/XsvHVN4
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Duh! Harga Pangan Global Mulai Turun, tapi Tidak di Asia - CNBC Indonesia"
Posting Komentar