Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengeluhkan harga pupuk non subsidi di sejumlah sentra perkebunan sawit mengalami kenaikan mencapai 120 hingga 145 persen pada pekan pertama Februari 2022.
Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat Manurung mengatakan kenaikan harga pupuk non subsidi itu bakal menurunkan kapasitas produksi tandan buah segar atau TBS sawit pada tahun ini.
“Petani sawit merugi, tahun ini akan menjadi puncak turunnya produksi TBS petani sawit. Karena sepanjang 2021 kami tidak memupuk dan dipastikan tahun ini produksi TBS kami akan anjlok,” kata Gulat, Minggu (6/2/2022).
Berdasarkan catatan Apkasindo, harga pupuk NPK di tingkat pengecer telah mencapai Rp12.500 per kilogram atau sekitar Rp625.000 per sak (50 kilogram) di kawasan Sumatera Utara, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan hingga Riau. Sebelumnya, harga pupuk NPK berada di angka Rp280.000 per sak.
Konsekuensinya, kata Gulat, nilai tukar petani atau NTP Petani Sawit di sejumlah sentra perkebunan sawit mengalami penurunan yang signifikan pada awal tahun ini. Misalkan, NTP Riau pada Januari 2022 turun menjadi 149,90 atau turun 1,5 persen jika dibandingkan Desember 2021 di posisi 152,18.
Penurunan NTP Riau itu disebabkan karena harga barang atau produk pertanian yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar 0,88 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani naik mencapai 0,64 persen. Selain itu, indeks harga konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen sementara indeks harga yang dibayar untuk keperluan produksi naik sebesar 1,16 persen.
Di sisi lain, dia mengatakan, kenaikan harga pupuk non subsidi itu juga menyebabkan program peremajaan sawit rakyat terhambat. Alasannya, biaya untuk peremajaan sawit rakyat itu melonjak tajam akibat kenaikan komponen produksi seperti pupuk dan herbisida tersebut.
“Jika dihitung biaya peremajaan sawit rakyat dari penanaman sampai perawatan tahun ketiga sebelumnya kisaran Rp52 juta sampai Rp62 juta per hektar, saat ini bisa mencapai Rp82 juta hingga Rp91 juta per hektar, ini sudah tidak sehat lagi,” kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan harga pupuk non subsidi bakal mengalami kenaikan sepanjang tahun 2022 akibat melonjaknya harga bahan baku di tingkat global. Kenaikan harga pupuk itu belakangan ikut andil memengaruhi inflasi pada komoditas pangan awal tahun ini.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Isy Karim mengatakan kementeriannya tengah berkoordinasi dengan produsen pupuk dalam negeri untuk menjaga harga pupuk non subsidi tetap stabil di tengah gejolak harga dunia.
Isy Karim menargetkan produsen dalam negeri dapat memberikan harga di bawah harga internasional untuk menjaga akses pupuk bagi petani.
“Kenaikan harga pupuk non subsidi disebabkan oleh melonjaknya harga berbagai komoditas dunia seperti amonia, phosphate rock, KCL, gas dan minyak bumi karena pandemi, krisis energi di Eropa serta adanya kebijakan beberapa negara yang menghentikan ekspornya,” kata Isy Karim, Minggu (9/1/2022).
Berdasarkan data World Bank-Commodity Market Review per 4 Januari 2022, Pupuk Urea dan diamonium fosfat (DAP) mengalami kenaikan yang signifikan. Sepanjang Januari hingga Desember 2021 misalnya, harga diamonium fosfat (DAP) di pasar internasional mengalami kenaikan sebesar 76,95 persen.
Saat awal tahun lalu, harga pupuk itu mencapai US$421 per ton, pencatat itu berakhir di posisi US$745 per ton pada Desember 2021.
Di sisi lain, Pupuk Urea mengalami peningkatan harga mencapai 235,85 persen sepanjang tahun lalu. Pupuk Urea sempat berada di harga US$265 per ton belakangan naik menjadi US$890 per ton pada Desember 2021.
"harga" - Google Berita
February 06, 2022 at 08:58PM
https://ift.tt/bIg3m7C
Duh, Harga Pupuk Naik 145 Persen! Petani Sawit Megap-Megap - Bisnis.com
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/xkrmBsH
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Duh, Harga Pupuk Naik 145 Persen! Petani Sawit Megap-Megap - Bisnis.com"
Posting Komentar