Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas lagi-lagi terpuruk. Pada perdagangan kemarin, Selasa (2/2), harga emas drop dari US$ 1.860/troy ons ke US$ 1.837/troy ons. Dalam sehari harga logam kuning tersebut drop 1,2%.
Pada pagi hari ini Rabu (3/1/2021), harga emas cenderung stagnan. Di pasar spot harga emas tak bergeming di level US$ 1.837/troy ons. Tidak hanya emas yang harganya tertekan, logam-logam lain seperti perak, platinum dan paladium juga mengalami hal serupa.
Di bursa berjangka, penurunan harga kontrak futures logam mulia terjadi seiring dengan keputusan Chicago Merchantile Exchange (CME) untuk menaikkan persyaratan transaksi marjin kontrak perak sebesar 18%.
Jika sebelumnya untuk hanya membutuhkan US$ 14.000 untuk memperdagangkan kontrak berjangka perak yang setara dengan 5.000 ons, kini syarat untuk transaksi marginnya naik menjadi US$ 16.000.
Selain itu penurunan harga emas juga terjadi akibat penguatan mata uang Paman Sam. Indeks dolar yang mencerminkan posisi greenback terhadap mata uang lain terus mengalami apresiasi sejak awal Januari.
Dolar AS sudah tertekan hebat sejak bank sentral The Fed memutuskan untuk membabat habis suku bunga acuan dan memompa likuiditas ke sistem keuangan lewat program pembelian aset atau quantitative easing.
Adanya prospek perekonomian yang lebih cerah dari yang diharapkan mulai diantisipasi oleh pelaku pasar. Banyak pihak yang khawatir pengetatan moneter atau tapering mulai akan dilakukan oleh bank sentral.
Namun sekali lagi bos The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa pengetatan akan dilakukan secara bertahap dan sekarang belum ada urgensi ke arah sana.
Kendati pernyataan tersebut terus menerus ditegaskan oleh Powell, pelaku pasar belum mendapatkan sinyal yang kuat akan arah kebijakan moneter bank sentral paling berpengaruh di dunia tersebut.
Sebagai ketua The Fed, rekam jejak Powell tidak seperti gubernur-gubernur sebelumnya. Powell bukan dari kalangan ekonom. Memiliki background di bidang hukum kariernya sebelum di bank sentral adalah sebagai mitra atau partner di sebuah firma investasi AS.
Pria yang ditunjuk Trump sebagai nakhoda otoritas moneter AS itu dikenal sebagai seorang consensus builder ketimbang memiliki pandangan yang mendalam tentang makroekonomi layaknya ekonom-ekonom kawakan seperti Ben Bernanke dan Janet Yellen yang sempat menduduki jabatan Powell.
Apabila mengacu pada keterangan Powell, secara teori harga emas belum akan merosot. Justru harga emas masih berpotensi naik. Salah seorang analis dari Standard Chartered yakni Suki Cooper optimis harga emas masih berpeluang menguat.
Menurutnya kondisi makroekonomi sekarang ini dengan stance kebijakan moneter dovish, tren pelemahan dolar AS, imbal hasil riil obligasi pemerintah AS yang negatif, kebijakan stimulus fiskal jumbo di era pemerintahan Biden hingga ekspektasi inflasi yang tinggi masih menjadi katalis positif bagi logam mulia ini.
Hanya saja kondisi pasar saat ini tengah diwarnai dengan adanya aksi spekulasi baik di saham-saham teknologi AS maupun aset lain seperti cryptocurrency. Sebagai aset yang tak memberi imbal hasil tentu saja emas menjadi kurang dilirik karena ada aset lain yang lebih menarik dan memberikan cuan tebal.
Namun emas tetap punya peranan penting dalam portofolio investasi. Setidaknya emas bisa menjadi salah satu aset yang punya peranan untuk diversifikasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(twg/twg)
"harga" - Google Berita
February 03, 2021 at 08:05AM
https://ift.tt/3rlYlWJ
Walah! Harga Emas kok Malah Makin Ambles, Pesonanya Pudar? - CNBC Indonesia
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/2JQM9Kf
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Walah! Harga Emas kok Malah Makin Ambles, Pesonanya Pudar? - CNBC Indonesia"
Posting Komentar