Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah 5 hari belakangan ini harga batu bara terus melorot. Harga kontrak futures (berjangka) batu bara ICE Newcastle kemarin kembali ditutup dengan koreksi 1,32% ke US$ 82,25/ton.
Harga batu bara sempat melesat tajam karena adanya permintaan yang membaik terutama dari Asia yaitu China dan India. Ketatnya pasokan batu bara China membuat harganya melonjak signifikan.
Apalagi kebutuhan listrik saat musim dingin dan perayaan tahun baru Imlek biasanya meningkat. Umumnya, musim dingin di Negeri Panda terjadi sejak Desember hingga Februari. Saat musim dingin tiba kebutuhan akan pemanas ruangan meningkat.
Kini musim dingin segera berakhir. Harga batu bara mulai berangsur melandai. Relaksasi kebijakan impor China serta upaya pemerintahnya untuk terus mendongkrak produksi batu bara membuat harga si batu legam domestik mulai 'jinak'.
Harga batu bara acuan Qinhuangdao China sudah mulai mendekati level RMB 650/ton. Terakhir harganya berada di RMB 663/ton atau sekitar US$ 102/ton. Selisih harga batu bara termal Newcastle dan acuan China mulai menyempit. Perlahan-lahan harga batu bara mulai melandai.
Hubungan Australia dengan China yang tak akur justru menguntungkan Indonesia sebagai salah satu pemasok batu bara untuk Negeri Panda. Hal ini juga disampaikan oleh lembaga pemeringkat utang global Fitch Ratings.
Impor batu bara China melonjak menjadi 39,08 juta ton pada Desember 2020 dari 2,77 juta ton tahun sebelumnya karena Beijing melonggarkan pembatasan impor untuk mengurangi kendala pasokan di dalam negeri di tengah musim dingin yang ekstrem serta adanya peningkatan aktivitas ekonomi.
Lebih lanjut Fitch Ratings melaporkan impor batu bara China tahun 2020 naik 1,4% (yoy) menjadi 304 juta ton dibanding tahun sebelumnya. Ini merupakan impor tertinggi sejak 2014. Total pembangkit listrik termal naik 6,6% dan 9,2% (yoy) masing-masing pada November dan Desember 2020.
Produksi batu bara China turun 0,1% yoy pada tahun 2020. Produksi di Mongolia Dalam, provinsi penghasil batu bara terbesar di negara itu pada tahun 2019, turun sebesar 3% (yoy) pada tahun 2020 meskipun ada pembalikan kebijakan pemerintah pada bulan Oktober untuk meningkatkan produksi menjelang musim dingin.
Output Mongolia Dalam kemudian naik 9% (yoy) ke rekor tertinggi 97,8 juta ton pada Desember 2020. Pemerintah pada Januari 2021 juga mendesak semua produsen batu bara untuk beroperasi pada kapasitas maksimum selama mereka dapat memastikan keamanan tambang.
Penambang batu bara Indonesia menjadi pihak yang diuntungkan atas impor China yang kuat. Indeks harga batu bara Indonesia 4.200 kcal/kg naik menjadi US$ 45/ ton pada Januari 2021 dari rata-rata US$ 26/ton dalam tujuh bulan hingga November 2020.
Lonjakan tersebut kemungkinan hanya akan berlangsung singkat, meskipun Fitch mengharapkan harga rata-rata 2021 sebesar itu. lebih tinggi dari tahun 2020 sebesar US$ 32,5/ ton.
Fitch juga mengharapkan sebagian besar produsen batu bara Indonesia meningkatkan produksi pada kuartal pertama 2021 sebagai tanggapan atas permintaan dan harga yang lebih baik.
Namun, hujan lebat dan banjir di beberapa bagian Kalimantan sebagai daerah penghasil utama batu bara Indonesia dapat menghambat upaya beberapa penambang batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(twg/twg)
"harga" - Google Berita
February 17, 2021 at 08:28AM
https://ift.tt/2ZkBZZC
Jelang Akhir Musim Dingin, Harga Batu Bara China Mulai Jinak - CNBC Indonesia
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/2JQM9Kf
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jelang Akhir Musim Dingin, Harga Batu Bara China Mulai Jinak - CNBC Indonesia"
Posting Komentar