Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ngamuk dan melesat tajam pada perdagangan Senin kemarin (31/8/2020), setelah terperosok dalam ke bawah US$ 50/ton dan menyentuh level terendah dalam 4 tahun terakhir.
Pada penutupan perdagangan Senin (31/8/2020), harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang aktif ditransaksikan menguat signifikan ke US$ 52,75/ton atau naik 4,25% dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Meski melesat signifikan, harga batu bara masih dalam zona koreksi di sepanjang tahun ini. Prospek batu bara ke depan masih dibayangi dengan berbagai kabar buruk. Kabar kurang mengenakkan terbaru kini datang dari PBB.
PBB mengatakan, India perlu bekerja secara progresif untuk menghentikan penggunaan batu bara untuk menghasilkan listrik dengan mempercepat transisinya ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
Badan global itu ingin negara Asia Selatan itu menjadi pionir dalam mendorong energi bersih, terutama karena pandemi Covid-19 membahayakan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini dikatakan langsung oleh kata sekretaris jenderal PBB António Guterres pada 28 Agustus, mengutip Argus Media.
Pandemi telah merusak rencana India untuk dengan cepat memperluas armada terbarukannya karena aktivitas konstruksi melambat karena kekurangan tenaga kerja dan masalah rantai pasok.
Namun pada saat yang sama, Delhi tidak mundur dari rencana reformasi besar untuk mengizinkan sektor swasta memasuki penambangan batu bara komersial untuk membantu meningkatkan produksi domestik dan memotong impor.
Dalam rilis laporan terbarunya yang bertajuk Global Energy Review 2020, badan energi internasional (IEA) memperkirakan permintaan batu bara global diproyeksikan turun 8% dibanding tahun 2019. Ini merupakan penurunan paling tajam sejak perang dunia kedua (PD II).
IEA memperkirakan permintaan batu bara China sebagai konsumen terbesarnya di tahun ini bakal turun 5%. Penurunan permintaan batu bara juga akan dialami oleh negara-negara lain, seperti halnya India yang menjadi konsumen terbesar kedua setelah China.
Perlambatan aktivitas ekonomi global disertai dengan kelimpahan tinggi dan harga gas yang murah memicu banyak negara beralih dari batu bara ke gas.
Pandemi Covid-19 juga dimanfaatkan sebagai momentum untuk mendongkrak pangsa pasar sumber energi lain yang lebih ramah lingkungan. Hal ini banyak dilakukan di negara-negara terutama Eropa.
Di belahan dunia lainnya, permintaan batu bara akan menurun tajam pada tahun 2020. Bahkan di Asia Tenggara, wilayah dengan pertumbuhan tercepat dalam beberapa tahun terakhir, di mana pembangkit listrik tenaga batu bara dibatasi oleh permintaan listrik yang lebih rendah, terutama di Malaysia dan Thailand.
"Kami juga memperkirakan penurunan permintaan batu bara yang signifikan di negara-negara maju: sebesar 25% di Amerika Serikat, sekitar 20% di Uni Eropa, dan 5% hingga 10% di Korea dan Jepang." tulis IEA dalam laporannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(twg/twg)
"harga" - Google Berita
September 01, 2020 at 10:53AM
https://ift.tt/2YPUJjM
Ngamuk! Harga Batu Bara Melesat 4,2% Usai Tertekan Lama - CNBC Indonesia
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/2JQM9Kf
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ngamuk! Harga Batu Bara Melesat 4,2% Usai Tertekan Lama - CNBC Indonesia"
Posting Komentar