Ilustrasi harga emas saat resesi yang digambarkan dengan emas batangan dan grafik harga. (shutterstock)
Bareksa.com -Logam mulia emas tidak hanya memiliki penampilan yang menarik, tetapi juga bernilai tinggi. Sebagai aset investasi di kala resesi, harga emas pernah mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan bisa memberikan keuntungan bagi investornya.
Harga emas batangan, sebagai satu jenis aset investasi, bisa naik dan turun. Pergerakan harga logam mulia ini bergantung pada permintaan dan pasokan di pasar, seperti halnya dalam hukum ekonomi.
Di samping itu, harga emas 24 karat yang biasa dijadikan investasi juga bisa bergerak karena berbagai faktor ekonomi. Faktor penggerak harga emas seperti inflasi, suku bunga dan nilai tukar (kurs).
Sebagai contoh, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara masif akan mendorong harga emas menjadi lebih tinggi. Inflasi yang terjadi secara global berada di luar kendali atau melebihi ekspektasi, seperti saat ini, mendorong bank sentral seperti The Federal Reserve mengambil kebijakan menaikkan suku bunganya.
Pada kondisi inflasi yang terlalu tinggi, pertumbuhan ekonomi bisa melambat bahkan terjadi kontraksi. Bila kontraksi ekonomi terjadi dalam dua kuartal berturut-turut, secara teori itu adalah resesi.
Resesi ekonomi di Indonesia yang terdekat pernah terjadi adalah pada 2020, akibat pandemi Covid-19. Resesi di Indonesia pada 2020 ditandai dengan ekonomi yang tumbuh negatif 2,07 persen akibat pandemi COVID-19 yang melanda dunia.
Baca juga Logam Mulia Tahan Gejolak Keuangan? Ini Data IHSG Vs Harga Emas saat Krisis
Bagaimana harga emas saat resesi?
Pada resesi 2020, harga emas global melonjak sehingga ikut mengerek nilai emas dalam rupiah sebesar 21,57% hingga mendekati Rp1 juta per gram. Namun, kurs rupiah terhadap dolar AS pada 2020 hanya melemah 1,21%.
Harga emas dalam negeri, seperti yang dijual oleh Treasury, juga ikut naik 24,6% menjadi Rp872.688 per gram di akhir 2020. Padahal harga beli emas Treasury pada 1 Januari 2020 masih di Rp700.201 per gram.
Harga jual atau harga buyback emas Treasury juga melonjak 24,6% sepanjang 2020. Per 31 Desember 2020, harga buyback emas Treasury sudah mencapai Rp844.698 per gram, melonjak dibandingkan Rp677.654 per gram di awal tahun.
Nah, kalau investor beli emas pada awal tahun dan menjualnya di akhir tahun, investor bisa untung Rp144.497 per gram. Artinya, investasi emas setahun tersebut bisa memberikan keuntungan sebesar 20,64%.
Grafik Pergerakan Harga Beli dan Buyback Emas
Sumber: Treasury, diolah Bareksa
Sebagai informasi, harga beli emas adalah harga ketika kita sebagai investor membeli emas dari toko emas atau penyedia emas. Sementara harga jual emas (buyback) adalah harga yang berlaku saat kita menjual emas kembali ke tokonya.
Harga jual emas biasanya lebih murah daripada harga beli pada hari yang sama. Makanya, kalau membeli emas sebaiknya untuk investasi jangka panjang sehingga terasa kenaikan harganya.
Bila Smart Investor membeli emas di fitur Bareksa Emas, berlaku juga harga beli. Namun, begitu emas masuk ke dalam portofolio Bareksa, yang tertera adalah harga jual. Jadi jangan heran ketika baru membeli emas di Bareksa Emas imbal hasilnya langsung minus, itu karena selisih harga tadi.
Di tengah ancaman perlambatan ekonomi global saat ini investor sudah mulai kembali mempertimbangkan logam mulia emas sebagai alat investasi mereka walaupun aliran dana ke Dolar AS masih tetap tinggi akibat komitmen bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga ke depannya.
Di tengah tingginya inflasi dan melemahnya nilai tukar, beberapa investor global mulai mencairkan simpanan emas mereka dan terbukti selama beberapa bulan terakhir sudah hampir lebih dari 527 ton emas yang keluar dari brankas simpanan emas di New York dan London. Saat ini harga emas sudah melemah 18% dari titik tertingginya pada bulan Maret lalu. Hal tersebut membuat para investor emas besar dari Asia seperti China dan India membeli logam mulia dengan harga yang relatif lebih murah menurut mereka.
Pada pasar emas China, Dubai, dan Turki saat ini, investor membeli harga emas cenderung pada level yang premium. China memiliki premium yang paling tinggi per onsnya. Per tanggal 7 Oktober 2022 pasar emas di China memiliki harga yang lebih tinggi sebesar US$31,1/onsnya dibandingkan harga emas di pasar global. Hal tersebut diakibatkan selain dari sisi melemahnya nilai tukar Yuan di pasar luar negeri, faktor lain yang mempengaruhi adalah pembatasan kuota impor oleh bank sentral China.
Pembelian Emas Paling Banyak Berasal dari Asia
Tim Analis Bareksa melihat level harga emas saat ini di kisaran US$1.650-1.690/troy ons merupakan level yang cukup atraktif bagi Smart Investor untuk bisa mengambil peluang investasi emas, dengan harapan suku bunga Dolar AS bakal memuncak di kuartal pertama 2023.
Baca juga Investasi Emas Retro atau Logam Mulia Certi untuk Hadapi Ancaman Resesi?
(hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerjasama dengan Mitra Emas berizin.
"harga" - Google Berita
October 19, 2022 at 03:37PM
https://ift.tt/qBXekAb
Harga Emas Pernah Naik 24,7% Saat Resesi, Ini Datanya - Bareksa.com
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/0LSWxz8
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Emas Pernah Naik 24,7% Saat Resesi, Ini Datanya - Bareksa.com"
Posting Komentar