Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan akhir pekan lalu harga kontrak futures batu bara termal Newcastle ditutup di US$ 84,25/ton. Harga kontrak si batu legam yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka ini kokoh di level tertingginya dalam periode satu setengah tahun terakhir.
Harga kontrak futures batu bara termal Newcastle berhasil tembus di level US$ 80/ton terakhir pada Mei 2019 lalu. Di sepanjang bulan Desember harga batu bara telah melesat 20,44%.
Seiring dengan risk appetite yang membaik akibat dimulainya program vaksinasi Covid-19 di berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris dan negara-negara lain, prospek perekonomian pun menjadi lebih cerah di kalangan para pelaku pasar.
Sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia sekaligus konsumen batu bara terbesar secara global, Negeri Tirai Bambu berhasil mencatatkan pertumbuhan output di zona positif pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini. Padahal di saat yang sama negara-negara lain justru terjun ke jurang resesi.
Aktivitas ekonomi China yang menguat membuat roda industrinya kembali bergeliat. Akibatnya kebutuhan akan sumber energi meningkat. Konsumsi listrik pun terus meningkat. Peningkatan ini membuat permintaan terhadap batu bara ikut terkerek naik.
Namun akibat adanya investigasi di berbagai lahan tambang di China, pasokan domestik cenderung menipis. Alhasil harga batu bara lokalnya melonjak tajam. Harga batu bara termal Qinhuangdao 5.500 Kcal/Kg sudah tembus level batas atas yang ditetapkan oleh pemerintah.
Rentang target harga batu bara lokal China dipatok di RMB 500 - RMB 570/ton agar tetap mendukung kelancaran usaha sektor hulu (penambang) dan tidak menggerus laba sektor hilir (utilitas atau perusahaan listrik).
Namun pekan lalu harga batu bara acuan China tersebut sudah tembus ke level RMB 693 per ton. Badan Perencana China (NDRC) memutuskan untuk merelaksasi kuota impornya.
Perusahaan setrum Negeri Panda diberikan pelonggaran untuk mengimpor batu bara dari berbagai negara kecuali Australia yang harus mendapat perlakuan khusus. Diskriminasi produk batu bara Australia ini menyusul ketegangan hubungan bilateral Canberra-Beijing terkait wabah Covid-19.
Kendati keduanya saat ini berseteru dan pihak Australia membawanya ke jalur Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), kenaikan harga batu bara China dan permintaan impor yang lebih tinggi dari negara lain membuat harga batu bara Newcastle juga ikut terdongkrak.
Tren kenaikan harga batu bara menjadi salah satu faktor pendongkrak kinerja ekspor Indonesia. Pada November 2020, ekspor tumbuh 9,54% (yoy), tertinggi sejak Februari 2020. Harga batu bara acuan (HBA) RI pun ikut terbang.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menetapkan HBA pada Desember 2020 naik menjadi US$ 59,65 per ton dari US$ 55,71 per ton pada November 2020.
Ke depan, bukan tidak mungkin tren ini bakal berlanjut. Bank Dunia memperkirakan rata-rata harga batu bara tahun depan berada di US$ 57,8 per ton dan pada 2022 naik ke US$ 58 per ton. Naik dibandingkan proyeksi tahun ini yaitu US$ 57,2 per ton.
Akan tetapi, Bank Dunia memberi catatan bahwa ke depan batu bara akan menghadapi tantangan besar. Perubahan paradigma kebijakan ke arah ramah lingkungan di berbagai negara akan membuat batu bara lambat laun ditinggalkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg)
"harga" - Google Berita
December 21, 2020 at 07:13AM
https://ift.tt/2KfcyoB
Harganya Tahan di Atas US$ 84/ton, Ini Obat Kuat Batu Bara! - CNBC Indonesia
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/2JQM9Kf
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harganya Tahan di Atas US$ 84/ton, Ini Obat Kuat Batu Bara! - CNBC Indonesia"
Posting Komentar