Pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (18/2/2020) harga batu bara kontrak futures ICE Newcastle berada di level US$ 67,9/ton atau melemah 2,86% dibanding posisi penutupan perdagangan Senin (17/2/2020). Dalam dua hari sesi perdagangan harga batu bara mengalami koreksi sebesar 3,5%.
Harga batu bara memang sempat naik karena China yang sedang terkena musibah akibat epidemi virus corona harus menutup operasi pertambangan batu baranya sehingga China menjadi lebih bergantung pada impor si batu hitam.
Dalam sebuah laporan ANZ memperkirakan jika produksi batu bara China turun 10% saja maka defisit yang harus ditambal mencapai 38 juta ton. Namun jika penurunan produksi Tiongkok meningkat menjadi 20% maka defisitnya bisa mencapai 115 juta ton.
"Pasar batu bara impor melalui jalur laut (seaborne) akan sangat tergantung pada kemampuan China untuk kembali beroperasi" kata para analis melansir Reuters.
Data Refinitiv juga menunjukkan bahwa impor batu bara di negara-negara kawasan Asia juga mengalami penurunan.
Stok batu bara China di pelabuhan utama China bagian utara hingga 14 Februari lalu sebanyak 10,9 juta ton, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 15,6 juta ton.
Walau stoknya mengalami penipisan, impor batu bara China dari awal bulan hingga kemarin (18/2/2020) mencapai 10 juta ton, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 11,1 juta ton.
Walau China akan sangat bergantung pada impor batu bara guna menambal defisit yang terjadi. Namun pemerintah China tak akan membiarkan ini terjadi secara terus-terusan. Sehingga hal ini lebih bersifat sementara.
Beralih ke negara Asia lain yang juga konsumen batu bara yaitu Jepang dan Korea Selatan. Impor batu bara di kedua negara tersebut turun menjadi masing-masing 7,3 juta ton dan 3,2 juta ton dari sebelumnya 9,5 juta tin dan 6,8 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Untuk impor batu bara India dari awal bulan hingga kemarin totalnya mencapai 7,7 juta ton juga lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10,1 juta ton.
Ada sentimen negatif yang datang dari negeri Bolywood. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, output listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batu bara India mengalami penurunan pada 2019.
Menurut data pemerintah India, output listrik yang dihasilkan dari pembakaran batu bara termal pada 2019 turun menjadi 1,04 triliun unit dari sebelumnya 1,07 triliun unit. Tahun lalu India memang sedang mengalami kesulitan ekonomi.
Selain itu, Perdana Menteri Narendra Modi juga berencana untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam kebijakan bauran energi di negaranya. Reuters melaporkan porsi energi terbarukan India pada 2030 ditargetkan mencapai 40% dari saat ini 23,3%.
Reuters melaporkan, India juga berencana untuk menghentikan impor batu bara termal dimulai pada akhir tahun 2024. Hal tersebut disampaikan langsung oleh menteri batu bara dan pertambangan India Pralhad Joshi dalam acara wokshop nasional atau yang lebih dikenal dengan sebutan 'Chintan Shivir'.
India merupakan konsumen, importir dan produsen terbesar kedua batu bara setelah China. Jadi wajar saja kalau adanya indikasi India akan mengikuti langkah Eropa untuk mengupayakan sumber energi yang ramah lingkungan menjadi sentimen negatif untuk batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
"harga" - Google Berita
February 19, 2020 at 11:11AM
https://ift.tt/2HAbK8P
Ini Fakta yang Buat Harga Batu Bara Baru Naik Langsung Turun - CNBC Indonesia
"harga" - Google Berita
https://ift.tt/2JQM9Kf
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Fakta yang Buat Harga Batu Bara Baru Naik Langsung Turun - CNBC Indonesia"
Posting Komentar